Oleh Rita Kaaruniasih
Kamu mungkin ingat waktu sekolah dulu, murid yang rengking 1 di kelas selalu di puji-puji guru, sementara murid yang bandel selalu kena marah guru. Namun realitanya setelah masuk dunia kerja, murid yang dulu bandel, hidupnya lebih sukses dari pada murid yang rengking 1.
Loh kok bisa ya?
Karena hidup tidak pernah tanya nilai ulangan. Hidup hanya peduli seberapa berani kamu mengambil risiko.
Murid yang rengking 1 cenderung cari aman, takut salah, tunggu di suruh. Sementara murid yang bandel, dulu sudah biasa dimarahin, mentalnya kuat, otaknya muter cari solusi / jalan keluar.
Dunia kerja tidak mencari orang yang paling hafal rumus. Dunia kerja cari orang yang paling tahan banting, dan bisa berpikir cepat di situasi yang kacau.
Nilai bagus itu penting, tapi kalau mentalnya rapuh, akan kalah oleh orang yang berani ambil risiko, meskipun dia dulu “bodoh” di kelasnya. Makanya kalau kalian merasa tidak pinter di sekolah, jangan minder, tapi kalau kalian dulu rengking 1 jangan merasa paling hebat.
Apa sih yang mau disombongkan ? Toh kalau kamu meninggal, pakaianmu hanya kain kafan, kendaraanmu hanya keranda mayat yang diusung teman atau saudaramu, rumah peristirahatan terakhirmu sudah pasti kuburan. Iya gak?
Sadar bro, dunia tidak peduli rengkingmu, dunia hanya peduli hasilmu sekarang! Jadi bangun, bro, perbaiki mentalmu, upgrade skillmu, karena rengking hanya berlaku di sekolah, bukan di hidup nyata. Kalau kamu masih bisa bertahan, mikir dan tidak menyerah, kalian sudah lebih pintar dari sistem yang ngebentukmu selama ini.
Tidak ada orang bodoh di dunia ini, semua memiliki kecerdasan, bakat dan minatnya masing-masing. Semua memiliki kelemahan dan keunggulan. Menurut Ki Hajar Dewantara, setiap anak memiliki kodratnya sendiri dan potensi untuk berkembang.
Berdasarkan kisah nyata yang saya alami, ketika saya menjadi guru di salah satu sekolah di Karawang. Saya punya murid yang kemampuannya di mata pelajaran matematika biasa saja, bahkan cenderung kurang lancar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Namun takdir berkata lain, dia mendapat nilai UN tertinggi di mapel matematika, sehingga ketika dia melamar kerja, langsung diterima tanpa tes hanya karena nilai UN matematikanya tinggi.
Kisah ini menunjukkan bahwa faktor X itu ada. Apakah sih faktor X itu? Apakah orang yang pintar, atau orang yang rengking 1? Belum tentu! Faktor X ini adalah orang yang selalu beruntung.
Lalu bagaimana caranya agar bisa menjadi orang yang beruntung?
Kamu harus lakukan ini :
- Upgrade Kecerdasan Intelektualmu, ini tentang memanage body/fisik, salah satunya otak, caranya dengan mendalami rukun islam. Dengan berucap syahadat, maka kamu punya pernyataan misi, tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sholat adalah perwujudan dalam membangun karakter disiplin, mencegah perbuatan keji dan munkar. Puasa adalah cara untuk mengontrol diri dari emosi. Zakat dapat membantu kita untuk membersihkan diri, meningkatkan kemampuan berorganisasi dan memupuk jiwa sosial.
 - Upgrade Kecerdasan Emosionalmu, ini tentang memanage mind/mental, salah satu caranya dengan mendalami rukun iman. Dimana manusia harus memiliki prinsip selalu ada Tuhan yang mengawasi dan ada malaikat yang selalu mencatat perbuatan manusia. Manusia harus selalu berpegang teguh pada petunjuk yang sudah Tuhan berikan, yakni bacalah selalu kitabmu. Manusia juga harus jadi pemimpin seperti halnya para Rasul yang sudah menjadi pemimpin terdahulu. Manusia harus punya visi, berpandangan jauh kedepan. Karena semua sudah ada qodo dan qodarnya maka harus memiliki rencana yang terorganisir dengan baik.
 - Upgrade Kecerdasan Spiritualmu, inni tentang memanage soul/jiwa, sebagai perwujudan dari sifat ihsan, yang artinya berbuat kebajikan dengan cara yang sebaik-baiknya, merasa selalu dilihat oleh Tuhan YME, sehingga ketika belajar, bekerja dan berkarya manusia senantiasa meningkatkan kualitasnya secara aspek kehidupan duniawi dan ukhrawi sebagai satu kesatuan dengan sistem kerja yang terintegrasi.
 
Ingat selalu wejangan dari bapak pendidikan Ki Hadjar Dewantara, “Nakal boleh, bodoh
jangan”. Ini menunjukan bahwa setiap orang wajib untuk selalu belajar, menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dalam salah satu ayat dalam Al-Quran ada perintah “Iqro” yang artinya bacalah, ini juga mengisyaratkan kepada manusia untuk selalu belajar.
Pada diri Rasulullah ada sifat yang harus kita teladani yaitu fathonah yang berarti cerdas. Artinya manusia memang harus menjadi orang yang cerdas.
Bahkan pada sifat-sifat Allah asmaul husnah seperti Ar-Rasyiid Yang Maha Cerdas, Al-Waasi Yang Maha Luas, dan Al-Aakhir Yang Maha Akhir, ini mengisyaratkan kepada kita untuk menjadi orang yang cerdas, berpandangan luas, dan berfikiran maju, alias memiliki visi untuk sukses.
Namun sukses itu sendiri bukanlah suatu tujuan, melainkan perjalanan itu sendiri. Perjalanan dalam perjuangan itulah yang indah, ketika manusia harus bersabar menghadapi derita menuju kesuksesan, ketika manusia ikhlas menerima cobaan dalam memikul amanat yang berat, ketika berusaha menyelamatkan nasib / masa depan sendiri dan orang-orang yang dicintai, ketika berhasil menemukan makna hidup yang sesungguhnya, yang akhirnya manusia memaknai bahwa nilai-nilai kehidupan bukan sekedar materi, atau jumlah uang yang dikumpulkan atau nilai yang diperoleh, melainkan kebahagiaan akan pencapaian nilai-nilai spriritual, yakni yakin pada suara hati untuk selalu mengabdi kepada Tuhan YME.
Untuk itu tajamkan mata hati agar dapat melihat dengan benar dan tepat. Ingatlah Tuhanmu, maka kamu akan memiliki faktor X tersebut, dan hidupmu akan selalu beruntung. Kenali Tuhanmu, maka kamu akan mengenali diri sendiri.
